Khutbah Jumat - Kebutuhan Taqwa Atas Manusia


Artinya:
“Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepadaNya-lah kamu dikembalikan “. (Al-Ba qarah 28). 

Tuntutan untuk bertaqwa adalah kebutuhan fitrah manusia, baik sebagai makhluk individu maupun sebagai makhluk sosial. Diri pribadi manusia itu sendiri membutuhkan taqwa, sehingga manusia mampu merawat dan membina dirinya untuk tetap pada tatanan manusia. 

Orang yang bertaqwa mampu menjaga dirinya dan perbuatan yang nista, mampu mengendalikan dirinya untuk tidak infra human, tetapi untuk menj adj supra human. Profil orang yang bertaqwa secara vertical orientit (hubungan dengan Allah) adalah orang yang berupaya menunaikan perintah dan menjauhi larangan Allah, disiplin diri untuk mengikuti petunjuk Allah. Manakala berbuat salah (khilaf) segera kembali ke jalan yang benar dan menempuh jalan taubat menuju maghfirah dan ampunan Allah. 

jadi tidak ada orang yang bertaqwa itu mulus seperti Malaikat, sebab Al-Qur’an 30 juz diturunkan oleh Allah tidak untuk rnerubah manusia menjadi supra human seperti Malaikat, akan tetapi menjaga manusia agar jangan sampai menjadi infra human, yakni tetap pada fitrahnya in the berstruktur, bagus fisik, anatomis, psikologis dan rohanìahnya, agar tidak kembali ke derajat yang rendah (Asfala saafiliin) dan tetap pada bentuk yang sebaik-baiknya (Fil ahsani taqwiim).


Begitu juga dalam kehidupan berrnasyarakat, di mana manusia sebagai makhluk sosial (Ijtima’i), seorang pemimpin membutuhkan pelaksana dan rakyat yang taqwa. Demikian juga pelaksana dan rakyat membutuhkan pemimpin yang taqwa. Seorang pembeli membutuhkan penjual yang taqwa, dan sebaliknya. Orang yang beriman mempunyai tanggung jawab horizontal terhadap sejarah kemanusiaan, dan yang stategis adalah tanggungjawab vertikal terhadap Allah. Kita dituntut untuk bertaqwa, dan semua fihak membutuhkan orang lain bertaqwa terhadap dirinya. 

Kehidupan manusia di dunia memang serba kontraversial. Sebelum manusia hidup di dunia ini, asalnya berada di alam arwah. Dalam surat Al-Baqarah ayat 28 disebutkan “Wakuntum amwaataa” padahal dulunya kamu mati. 

Ketika mati roh dan jasmani terpisah. Sebelum kita hidup di alam dunia, jasmani kita belum bertemu dengan rohani kita. Manusia masih berada dalam dimensi arwah. Di alam arwah itu masih netral, belum ada dosa, belum ada pahala karena belum ada takiif (tuntutan hukum perintah dan larangan. Sebab belum ada instrumen perintah untuk melaksanakan dan instrumen untuk melanggar larangan. 

Manusia sendiri tidak ingat seperti apa di alam arwah (ruh) itu, karena instrumen untuk mengingat juga belum ada pada waktu itu. Setelah manusia dihidupkan oleh Allah di dunia ini, dengan permulaan kehidupan di rahim ibu, kemudian Allah menyempurnakan bentuk janin yang sempurna, dari bentuk awal yang primitif dan menjijikkan, sampai pada bentuk paripuma, yaitu berupa jaringan yang utuh. Kemudian Allah meniupkan ke janin itu nih yang menguasai. Sejak itulah ruh lepas dan dimensi alam arwah. Sejak itu pula ruh hidup di dimensi dunia yang terikat oleh materi, ruang dan waktu. 

Dalam dime nsj seperti ini dituntut oleh Allah untuk bertaqwa, rasanya memang berat. Dengan dimensi semacam ini kita lihat status manusia secara vertikal orientit (Hablun Min-Allah), dia adalah makhluk, sebagaimana disebutkan dalam surat Al-’Alaq “Khalaqal Insaana min ‘Alaq”, Allah menciptakan manusia dan segumpal ‘Alaq. 

Salah satu studium dan proses evolusi embrional, betapapun hebatnya seorang manusia, apapun kekayaan dan kepandaiannya, dia tetap makhluk statusnya dalarn hubungan dengan Allah (vertikal orientit). 

Dan hubungannya sesania makhluk, manusia memang makhluk yang paling mulia, sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Isra ayat 70, “Walaqad Karramnaa Banil Aadam”, artinya: “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak anak Adam”. 

Oleh karena itu untuk menjaga status tersebut manusia tidak dapat lepas dan kenyataan, manusia berada dalam wujud eksistensi bahwa dirinya berada dalam rnakhluk jasadi (fisikal being). . 

Untuk menjaga eksistensinya di dunia dan untuk me ngembangkan keturunan atau jenisnya, manusia membutuhkan fisik yang ada di luar dirinya dengan kata lain butuh makan dan minum. Akan tetapi untuk memenuhi kebutuhan makan dan minum, manusia tidak boleh menjatuhkan martabatnya sebagai makhluk yang paling mulia (Fii Ahsani Taqwiim). Sebab yang butuh makan dan minum tidak hanya manusia, tetapi hewan juga butuh makan dan minum. Jangan sampai karena mencukupi makan dan minum serta keperluan biologis manusia menjadi tunun martabatnya, seperti hewan bahkan mungkin lebih rendah. 

Kiat untuk tetap pada derajat yang mulia adalah dengan mendekatkan diri kepada Allah (Taqarrub ila-Allah). Secara matematik umur kita bertambah, akan tetapi sebenamya umur kita berkurang.

Hilangkan keraguan dalam menghadapi kehidupan untuk mewujudkan profil orang yang bertaqwa. Profil yang bertaqwa adalah beriman kepada yang ghaib. Sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Baqarah ayat 3 “Alladziina Yu’minuuna Bil Ghaib”. 

Dunia fisika (nyata) bisa kita ketahui, tetapi dunia metafisika (ghaib) tidak bisa kita mengetahuinya. Nabi diperintahkan oleh Allah agar memperhatikan apa yang ada di langit dan bumi. Kemudian Nabi menerjemahkan dalam sabdanya, “Dan kamu lebih mengetahui urusan duniamu”. 

Ada faedahnya menyelidikinya selama tidak melanggar kode etik yang diterapkan oleh Allah dalam Kitab Suci Nya. Dan pokok dan Kitab Suci adalah masalah ghaib. Dalam kaidah fighiyah disebutkan “Ra’sul Hukmi Ridlo”, artinya: Puncak dan hukum adalah ridlo. Misalnya, gadis dan perjaka yang bukan muhrim, asal hukumnya haram. Akan tetapi setelah akad nikah, ijab dan qabul menjadi sah hukumnya. Fisiknya tidak berubah tetapi ghaibahnya yang berubah menjadi sah. 

Di samping yang ghaib itu ada sumber dan yang ghaib : Allah SWT. Pengejahwantahan dan liman yang ghaib ini adalah menjalankan Shalat (Ibadah Badaniah), dan dilanjutkan dengan mengeluarkan zakat (Ibadah Maliah). Sebab manusia hidup membutuhkan tiga faktor, yaitu: Ruh, jasmani (badan) dan mal (harta). 

Khutbah Jumat - Kebutuhan Taqwa Atas Manusia

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Khutbah Jumat - Kebutuhan Taqwa Atas Manusia

  • Khutbah Jumat - Allah Adalah Sumber Kekuasaan Dan KewibawaanKhutbah Jumat | Iman dan taqwa adalah kekuatan yang handal untuk menghadapi segala bentuk problema kehidupan, baik kwalitatif maupun kwantitatif. Iman dan taqwa juga mer ...
  • Tata Cara Mandi Wajib Yang BenarTata Cara Mandi Wajib Yang Benar | Tata Cara Mandi Wajib Untuk Laki Laki | Tata Cara Mandi Wajib Yang Benar | Tata Cara Mandi Wajib Laki Laki | Tata Cara Mandi Waji ...
  • Bacaan Doa Ketika BercerminBacaan Doa Ketika Bercermin | Kali ini saya akan membahas kembali tentang doa - doa yang sering kita baca sehari - hari. Yang akan kita bahas kali ini yaitu Bacaan ...
  • Khutbah Jumat Singkat - Hidup BahagiaKhutbah Jumat Singkat - Hidup BahagiaArtinya : “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya ak ...
  • Khutbah Jumat Singkat - Kelbihan Manusia Daripada Makhluk LainKhutbah Jumat Singkat - Kelbihan Manusia Daripada Makhluk LainArtinya: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya “. (At-Tin ayat ...