Khutbah Jumat - Ketaatan Kepada Allah Timbul dari Cinta | Islam adalah suatu agarna yang diperuntukkan kepada orang-orang dewasa bukan kepada anak-anak. Ada dua alasan mendasar:
Pertama, kalau anak-anak belum baligh, belum mendapat tuntutan kewajiban agama, dan seandainya dia melaksanakan kebajikan, maka orang tuanya yang mendapatkan kredit point tersebut.
Artinya:
“Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah ikuttlah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" . (Ali Imran: 31).
Kedua, approach kepada anak-anak di dalam ajaran Islam berbeda dengan orang dewasa. Misalnya, Rasul memberikan panduan cara mengajarkan shalat kepada anak-anak, ketika dia umur 10 tahun belum mau shalat, maka harus dipukul dalarn arti dipaksa untuk melaksanakan shalat. Hal ini masih manusiawi karena anak-anak belum sempurna untuk mencerna ajaran agama. Cara ini juga di terapkan dalam kebiasaan lainnya, misainya mandi, makan, minum obat dll. Tetapi kalau sudah dewasa pemaksaan harus ditiadakan. Itulah yang dimaksudkan oleh surat Al Baqarah ayat 256,
Artinya:
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah lelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya Ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (Al-Baqarah ayat 256)
Manusia dewasa mampu berfikir mempertimbangkan dan membedakan mana yang positif dan mana yang negatif. Dengan demikian tidak boleh dipaksa.
Ayat lain yang senada ialah :
“Dan katakanlah: “Kebenaran itu datangnya dart Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah Ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir “. Sesungguhnya Kami telah sed la kan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, nicaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek”.
Rasul Muhammad sendiri tidak mempunyai otoritas untuk memaksa orang. Dalam surat Al-Ghasyiah ayat 21 dan 22
Artinya:
“Maka berllah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan. Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka “.
Lebih jelas lagi dinyatakan dalani surat Fushshilat ayat 40 :
Artinya:
“Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Kami, maka tidak tersembunyi dari Kami. Maka apakah orang-orang yang dilemparkan ke dalam neraka lebih baik ataukah orang-orang yang datang dengan aman sentosa pada hari kiamat? Perbuatlah apa yang kamu kehendaki: sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerfakan "
Dari ayat-ayat di atas jelas bahwa Islam tidak membenarkan adanya pemaksaan, intimidasi dan semacamnya. Islam juga berarti taat atau patuh atau berserah diri. Keta’atan itu timbul karena adanya cinta bukan karena takut. Seorang anak yang cinta kepada orang tuanya dia akan memenuhi kehendak orang tuanya dengan tulus. Berbeda dengan anak yang takut kepada orang tuanya dia juga akan memenuhi kehendak orang tuanya, tetapi dengan terpaksa. Dengan istilah lain loyalitas murni timbul karena cinta, dan loyalitas semu timbul karena takut.
Allah SWT tidak menghendaki hamba-hamba-Nya men taati-Nya dengan semu. Oleh karena itu Nabi menegaskan bahwa amal yang diterima oleh Allah pada akhirnya adalah amal yang dikeirjakan dengan tulus dan ikhlas. Al-Qur’an menegaskan:
Artinya:
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menfalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunalkan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus”. (Al-Bayyinah ayat 5).
Di dalam Asmaul Husna yang melambangkan sifat-sifat Allah yang paling dominan yang terdapat di dalam Al Qur’an dan sembilan puluh sembilan sifat-sifat tersebut ada lah sifat Kasih dan Sayang. Kalimat “Basmalah” selalu dikaitkan dengan kata “Arrahman” dan “Arrahim” yang artinya adalah Kasih dan Sayang. Dengan Kasih dan Sayang Allah hendaknya kita cintai kepada-Nya sebagai manifestasi keimanan kita. Jadi ada tahapan, dan keimanan akan timbul cinta, dan dan kecintaan akan timbul ketaatan yang tulus. Karena kecintaan kepada Allah, maka perintah-perintah Nya bukan sebagai beban, demikian pula larangan-larangan Nya-pun tidak menjadi kendala, karena pemahaman agama yang termasuk di dalamnya peraturan-peraturan Allah adalah sebagai manifestasi dan Kasih dan Sayang-Nya.
Sebagaimana perintah dan laranan orang tua bukan karena kebencian tetapi karena rasa kasih dan sayangnya kepada anaknya. Kepelitan orang tua memberikan uang jajan kepada anaknya bukan karena kebencian orang tua, akan tetapi justru karena rasa kasih dan sayangnya. Hal ini disebabkan kekhawatiran orang tua atas kesehatan anaknya.
Kebebasan memilih taat atau ingkar atas perintah atau larangan Allah adalah suatu kebebasan yang bertanggung jawab, karena konsumennya memang orang dewasa. Allah mempersilahkan untuk memilih beriman atau kafir, tetapi pilihan itu ada konsekuensinya, yaitu syurga atau neraka.
Kebebasan juga menimbulkan kemampuan mengorbankan kepentingan jangka pendek untuk memperoleh kepentingan jangka panjang. Dalam arti mampu mengorbankan kepentingan duniawi untuk kepentingan ukhrawi. Idealnya memang mendapatkan keduanya, yakni dunia dapat dan akhirat juga dapat. Tetapi kalau dihadapkan pilihan di antara keduanya, maka yang dipiih adalah kepentingan akhirat, bila perlu kedudukan-pun dikorbankan demi kepentingan akhirat.
Keimanan seseorang itu juga terlihat dan etikanya. Mustahil kalau orang beriman itu akhlaknya rusak. Karena Rasul bersabda “Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang terbaik akhlaknya”.
Selektif dalam segala hal juga buah dan keimanan. Dengan iman dan akal kita mampu memfilter informasi apapun yang datang kepada kita. Al-Qur’an menyatakan :
Artinya :
“Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang orang yang mempunyai akal”.
Rasio (akal) yang diutamakan oleh orang dewasa yang beriman daripada emosi. Oleh karena itu Islam menentang ajaran yang tidak rasional.
Khutbah Jumat - Ketaatan Kepada Allah Timbul dari Cinta
Demikianlah Khutbah Jumat - Ketaatan Kepada Allah Timbul dari Cinta. Jangan lupa shre kepada saudara - saudara kita agar kita semua dapat belajar. Sekian Khutbah Jumat - Ketaatan Kepada Allah Timbul dari Cinta.