Khutbah Jumat - Pernyataan Penyerahan Diri Kepada Allah | Pernyataan penyerahan diri (iqrar) selalu terucap oleh setiap muslim yang taat beribadah minimal lima kali sehari semalam. Iqrar (pernyataan penyerahan diri) kepada Allah itu terlukis dalam, do’a iftitah (pembukaan) sebelum membaca surat Al-Fatihah dalam shalat.
Kalimat pernyataan penyerahan din tersebut bersumber dari Al-Qur’an surat Al-An’aam ayat 79 dan 162 sebagaimana tertulis di atas. Iqrar inilah yang mendidik manusia berkata dan berlaku jujur dan benar. Jujur dan benar itulah yang menghantarkan manusia menuju syurga.
Artinya:
Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang orang yang mempersekutukan Tuhan" (Al-An’aam ayat 79)
Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan semesta alam “ (Al-An’aam ayat 162)
Rasulullah pernah bersabda: “Sesungguhnya kebenaran itu membimbing kepada kebaikan dan kebaikan itu membimbing ke syurga. Seseorang yang berbuat benar, Allah akan menuliskan di sisinya kebenaran, dan dia akan dimudahkan ke jalan menuju syurga. Dan sebaliknya seseorang yang membiasakan berbuat dusta, maka akan ditulis disisi nya pendusta, dan akhirnya peijalanannya adalah neraka.
Kejujuran akan mendatangkan kepercayaan, oleh sebab itu insan yang jujur selalu dibutuhkan insan lainnya. Biasakanlah jujur dan hindarkan dusta, karena dusta membawa kehancuran dan malapetaka, baik kepada dirinya, keluarganya maupun lingkungan sekelilingnya.
Rasulullah pernah kedatangan seseorang yang selalu bergelirnang dalam dusta dan dosa, tetapi sebetulnya hati nuraninya sudah terpanggil untuk bertaubat dan memeluk Islam dengan benar. Dia malu mengungkaplkan isi hatinya, juga takut tidak mampu memenuhi syarat-syarat bertaubat dan memeluk agama Islam.
Di hadapan Rasulullah, dia ungkapkan semua isi hatinya: “Wahai Rasuluilah, saya ingin bertaubat dan memeluk agama Islam, akan tetapi kalau melihat kejahatan dan dosa yang saya perbuat, saya merasa malu dan tidak pantas menjadi orang Islam”.
Dengan tegas Rasulullah menjawab: “Segala kejahatan dan dosa yang kamu perbuat insya Allah akan diampuni oleh Allah jika kamu bertaubat memasuki agama Islam dengan sungguh-sungguh dan mengucapkan dua kalimah syahadat”.
Akhirnya dia masuk Islam dan mengucapkan dua kalimah syahadat di hadapan Rasululiah SAW. Sambil terheran-heran dia bertanya lagi kepada Rasulullah: “Apakah hanya dengan mengucapkan dua kalimah syahadat ini syarat untuk memasuki agama Islam, tidak seperti yang saya bayangican betapa berat dan banyak persyaratan memasuki agama Islam”.
Kemudian dia mohon kepada Rasulullah suatu kiat agar terhindar dan perbuatan jahat dan dosa serta kemaksiatan yang pernah dia laksanakan sebelum dia memasuki agama Islam. Dengan nada tanya Rasulullah menyatakan: “Apakah engkau bersedia untuk meninggalkan dusta”.
Dia menjawab: “Mengapa tidak wahai Rasul Allah”. Dan di dalam hatinya terbisik ungkapan, alangkah ringannya kiat untuk menghindarkan din dan perbuatan dosa dan kemaksiatan.
Seorang laki-laki yang baru menyatakan keislamannya itu kemudian mohon izin kepada rasulullah untuk meninggalkan tempat Rasul. Sesampai di rumahnya, laki-laki itu terusik hatinya oleh nafsu jahatnya untuk mengulangi perbuatan-perbu atan jahat yang pernah dia laksanakan. Di tengah perjalanan, laki-laki itu teringat kembali pesan Rasul, dan apa yang harus dia katakan seandainya bertemu Rasul. Jika dia tidak mengatakan dengan sesungguhnya dosa yang dia laksanakan maka dia dusta, tetapi kalau dia katakan dengan sesungguhnya dia merasa malu akan janjinya sendiri di hadapan Rasul. Akhirnya dia tidak menerus kan niat jahatnya, dan kembali berwudu untuk sujud kepada yang Maha Kuasa, jadilah dia manusia yang mulia di sisi Allah dan Rasul-Nya.
Jika perbuatan seorang muslim tidak sesuai dengan apa yang diiqrarkan ketika shalat, maka dia belum melaksanakan shalat dengan sepenuh hati. Allah mengancam dalam surat Ash-shaf ayat 2 dan 3 kepada mereka yang pandai berkata tetapi tidak pandai berbuat.
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat ?Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan “. (Ash-shaf 2-3).
Iqrar yang selalu kita ucapkan dalam setiap shalat hendaknya kita hayati dan kita buktikan dalam perbuatan nyata sehari-hari, sehingga kita menjadi manusia yang berguna. Nabi Ibrahim pernah berdo’a memohon kepada Allah agar termasuk golongan orang yang shalih dan selalu menjadi buah bibir yang baik sepeninggalnya. Sebagaimana terlukis dalam Al Qur’an :
Artinya:
“(Ibrahim berdo’a): “Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang orang yang shalih, dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian, dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang mempusakai syurga yang penuh kenikmatan”. (Asy-syu’araa’ ayat 83, 84 dan 85).
Semoga kita tennasuk golongan sebagaimana idaman Nabi Ibrahim yakni manusia yang bermanfaat bagi sesama manusia.