Khutbah Jumat - Kiat Menghindarkan Diri Dari Siksaan Allah

Khutbah Jumat | Ayat dibawah ini merupakan peringatan “Tadzkirah”dari Allah supaya kita takut akan datangnya bencana. Karena kaiau bencana itu sudah datang, tidak piiih bulu, bukan orang zalim saja yang terkena, tetapi orang yang aiim, ahli ibadahpun terkena bencana tersebut. 

Bukan orang yang salah saja yang terkena, orang shalih juga terkena bencana itu, dan bukan hanya orang yang ahli maksiat saja yang akan menerima bencana, orang yang taat beribadah juga merasakannya. Juga bukan orang dewasa saja yang akan merasakan, anak kecil tanpa dosa-pun akan merasakan bencana itu. 



Artinya: 
“Dan peliharalah dirimu dan pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-o rang yang zalim sala di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan Nya”. (Al-Anfaalayat 25). 

Arti tersirat ayat tersebut, bahwa kita harus hati-hati jangan sampai terkena bencana. Nabi menggambarkan, kehidupan jnanusia di dunia ini ibarat orang menumpang perahu besar. 

Penumpang perahu (kapal) itu tentunya bermacam macam. Tingkatan sosial dan pendidikannya tidak sama. Mulai dari kakek-kakek dan nenek-nenek, sainpai anak kecil ada di dalam kapal tersebut. Ditengah laut ada seorang penumpang yang iseng, supaya mudah memperoleh air, dia membuat lubang di dinding kapal, dengan anggapan tidak merugikan orang lain. 

Sikap penumpang yang lain terhadap tindakan orang yang iseng tersebut sangat menentukan, apakah kapal tersebut berlayar tenis sampai ke tempat tujuan dengan selamat, atau tenggelam bersama di tengah laut. 

Nabi menjelaskan, apabila semua penumpang kapal itu membiarkan apa yang diicerjakan oleh orang yang jahil itu, maka semuanya akan ikut hancur. Dan sebaliknya, kalau semua mencegah apa yang diker jakan si jahil ini, maka semuanya alcan selamat, termasuk yang jahil juga. 

Maksud hadis ini, orang Islam itu harus peka terhadap keadaan (lingkungan). Dalam artian kepekaan sosial tanggung jawab sosialnya hams tinggi. Jangan sampai kita tidak mau tahu terhadap keadaan yang terjadi di sekeliling kita, apalagi ka!au sampai menda tangkan bahaya. 

Itulah sebabnya semua umat Islam yang mengaku dirinya beriman mempunyai kewajiban yang tidak boleh ditinggalkan dan tidak ada dispensasi, yaitu kewajiban “Amar ma’ruf nahi munkar”. 

Nabi menyatakan empat belas abad yang silam, “Siapa pun di antara kalian melihat terjadinya kemunkaran, segera mencegahnya dengan tangan, kalau tidak mampu, cegahlah dengan Lisan, kalau tidak mampu juga cegahlah dengan hati, tetapi itulah iman,yang paling lemah”. (Al Hadis). 

Indikator seseorang itu masih mempunyai iman atau tidak adalah bagaimana sikapnya menghadapi kemunkaran yang ten adj. Kalau mempunyai kekuatan, cegahlah dengan kekuatan itu. Kalau tidak mempunyai kekuatan, cegahlah dengan kata-kata. Kalau tidak mempunyai dua kekuatan tersebut, cegahhah dengan hati, yakni tidak setuju atau bersikap pasif terhadap kemunkaran itu. 

Tanggung jawab sosial seorang muslim harus tinggi, kalau tidak demikian, akan menimbulkan degradasi (penurunan) mutu umat. Dalam sebuah hadis diterangkan, terjadi dialog antara Nabi dengan para sahabat, Nabi bertanya : “Bagaimana ke adaanmu, apabila wanita-wanita kamu sudah melewati batas, dan remaja-remaja kamu sudah mulai rusak, sedangkan kamu tidak mempunyai semangat juang untuk memperbaikinya”. 

Para sababat bertanya: “Apakah yang demilcian akan terjadi”. Nabi menjawab: “Demi Allah yang jiwaku ada di tangan-Nya, lebih dan itu-pun akan terjadi”. 

Nabi bertanya lagi: “Bagaimana keadaanmu jika kamu sudah tidak mau mengerjakan amar ma’ruf nahi munkar lagi”. 

Sahabat bertanya lagi: “Apa yang demikian juga terjadi, ya Rasulullah”. Nabi menjawab: “Demi Allah yang jiwaku ada di tangan-Nya, lebih dan itu-pun alcan terjadi”. 

Nabi bertanya lagi: “Bagaimana keadaanmu jilca pandanganmu sudah terbalik, yakni yang ma’ruf dianggap sebagai yang munkar, dan yang munkar dianggap sebagai yang ma’ruf”. 

Sahabat bertanya lagi: “Apakah yang demikian juga akan terjadi ya Rasulullah”. 

Nabi menjawab dengan jawaban yang sama: “Demi Allah yang jiwaku ada di tangan-Nya, lebih dan itu akan terjadi” 

Nabi kembali bertanya: “Bagaimana keadaanmu, kalau kamu diperintah untuk berbuat yang munkar, dan dicegah dan perbuatan yang ma’ruf”. 

Sahabat kembali bertanya: “Apakah yang demikian juga alcan terjadi ya Rasulullab”

Nabi menjawab dengan bersum pah atas nama Allah, “lebih dari itupun akan terjadi”. 

Sinyalemen Rasulullah, hal ini akan terjadi kalau tidak dicegah. Jadi Rasulullah bukan menakut-nakuti, akan tetapi agar kita waspada jangan sampai terjadi yang demikian. 

Ada beberapa kiat untuk menanggulangi bencana, yaitu pertama disebutkan dalam surat Hud ayat 117 : 


Artinya: 
“Dan Tuhanmu sekali-kalj tidak akan membinasakan negeri-negeri se cara zalim, sedang penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan”. 

Kedua, disebutkan dalam surat Al-Anfaal ayat 33: 


Artinya : 
“Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di an tara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun “. 

Ketiga, disebutkan dalam Hadis Qudsi, Allah berfirman, artinya. “Sesungguhnya Aku ingin menyiksa hamba hamba-Ku, tetapi setelah Aku melihat orang-orang memakmurkan masjid, mengkafi Al-Q ur’an dan mengajarkan anak-anak mereka tentang agama, maka reda-lah kemurkaan-Ku” 

Barang siapa yang menyatakan dirinya beriman, harus berjuang dengan kemampuannya masing-masing, bukan hanya mencegah kemunkaran tetapi untuk meninggikan kalimah Allah. Nabi bersabda: “Barang siapa diberi Allah harta, maka shadaqahlah dengan hartanya, barang siapa diberi Allah ilmu, maka bershadaqahlah dengan ilmunya, dan barang siapa diberi Allah kekuatan, maka shadaqahlah dengan kekuatannya”.

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Khutbah Jumat - Kiat Menghindarkan Diri Dari Siksaan Allah