Khutbah Jumat Singkat - Tipu Daya Iblis



Artinya: 
“Kami berfirman: " Turunlah kamu dan syurga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati”. (Al-Baqarah ayat 38). 

Setelah iblis diusir dan syurga dan tenlunta-lunta dalam dosa, iblis menggugat Tuhan, Ilahi, Engkau telah laknat aku dan menyebabkan aku terlontar dalam nista dan menjadi makhluk yang terkutuk, sedangkan Adam Engkau angkat sebagai khalifah, dan anak cucunya 1ahir para Nabi, Rasul dan orang-orang shalih untuk membinbing mereka kejalan kebenaran. Dengan apa aku beserta keturunanku yang terkutuk ini mengajak mereka? 

Tuhan menjawab sebagaimana dicenitakan Rasulullah, “Hai iblis, utusanmu adalah tukar sihir. Iblis bertanya, Apakah kitabku. Kitabmu adalah dongeng-dongeng yang memuja berhala dan orang-orang besar. Bagaimana hadisku. Hadismu adalah pantun-pantun cengeng mantra-mantra. Siapa tukang adzanku. Tukang adzanmu adalah bunyi bunyian yang merangsang nafsu. Di mana masjidku. Masjidmu adalah pasar-pasar yang sibuk yang di dalamnya penuh dengan tukang tipu. Dimana rumahku. Rumahmu adalah kamar mandi yang bercampur antara lelaki dan perempuan. Apa makananku. Makananmu adalali yang disantap tanpa bismillah dan yang haram-haram. Apa pula minumanku. Minumanmu adalah segala jenis yang memabukkan. Dengan apa perangkapku. Perangkapmu adalah perempuan cantik yang gelisah”. Inilah gambaran, betapa manusia senantiasa diikuti dan dliringi dengan godaan-godaan iblis. 

Bukan hanya dalam hidup keseharian kita harus menantang ujian dan rayuan, bahkan dalam beragama kita juga dthinggapi oleh emosi dan hawa nafsu. 

Padahal dalam Islam beragama atau memilih suatu keyakinan bukanlah warisan atau hanya pemberian, melainkan pencarian dan hidayah. 

Dalam setiap shalat lewat Al-Fatihah kita memohon kepada Allah untuk memperoleh petunjuk, mencari dan meminta untuk memberikan keputusan. “Ihdinash-shiraathal mustaqiem”. 

Nabi mengingatkan “Agama harus dengan nalar, tidak akan ada agama bagi orang yang tidak menggunakan nalar”. 

Allah memberikan karunia akal fikiran kepada manusia, agar dalam memeluk dan mengamalkan ajaran agama di samping berlandaskan iman dan hati nurani juga berland askan akal sehat. Sebab kalau hanya berdasarkan iman dan hati nurani, bisa cenderung bersifat subyektif atau pribadi. 

Beragama akan tersesat kalau dilakukan dengan emosi atau hawa nafsu. Sehingga Abu Bakar Ash-Shidik pernah mengingatkan, “Beruntunglah manusia yang menjadikan akalnya sebagai panglima dan hawa nafsunya sebagai tawanan. Celakalah manusia yang menempatkan hawa nafsunya sebagai panglima sedang akalnya sebagai tawanan”. 

Suatu peristiwa kecil di zaman Rasulullah patut direnungkan untuk menentukan dan memiih Islam sebagai pedoman hidup. Waktu itu Makkah sudah ditaklukkan dengan damai, masyarakat Quraisy berduyun-duyun masuk Islam dengan beberapa sebab dan alasan. 

Seorang anak muda bernama Sofwan bin Umayah dat ang menghadap Nabi, hai Muhammad, beri aku waktu tiga pekan untuk menentukan apakah aku mau Islam atau tidak, mungkin aku bersyahadat atau tetap ingkar. 

Nabi menjawab, engkau bebas memilih pegangan hidupmu, tetapi jangan tiga pekan Sofwan terbelalak, kalau begitu beri aku waktu tiga hari. Nabi kembali menjawab, jangan tiga hari. Sofwan semakin terbelalak dan lebih keras berkata, apakah tiga hari masih terlalu lama untuk menentukan piihan. Nabi menjawab, tidak, jangankan tiga hari, jangankah tiga pekan, untuk menentukan pegangan hidupmu masih tenlalu cepat, oleh karena itu aku beri waktu tiga bulan, sesudah itu silahkan pilih mau Islam atau kafir. 

Dari peristiwa ini tergambar pada diri kita, beragama seperti apa yang dikehendaki oleh Islam. Oleh karena itu Nabi tidak mendakwahkan Islam dengan mukjizat atau keajaiban dan kekeramatan serta kehebatan. Namun Nabi menawarkan Islam dengan ajarannya. Itulah sebabnya, mukjizat utamanya justru Al-Qur’an. 

Namun akhir-akhir ini ada kecenderungan, penyeru penyeru agama menampilkan penyembuhan, kehebatan, kesaktian dan kekeramatan di luar batas-batas akal manusia. Memeluk agama seperti itu adalah tidak sehat, dan akan menyebabkan fanatik yang membabi buta serta mengkultuskan guru masing-masing.

Perintah Qurban di samping merupakan ritual agama juga sebagai ralat terhadap upacara-upacara qurban yang pernah dilakukan umat sebelum Islam. 

Dahulu Tuhan digambarkan dengan berhala yang membutuhkan darah dan daging segar, bahkan gadis yang tidak berdosa sering disembelih untuk sang berhala. Akhirnya Allah menghentikan dengan perintah qurban kepada Ibrah im untuk menyembelih Ismail yang pada akhirnya diganti dengan hewan qurban. Allah tidak membutuhkan darah dan daging, namun yang sampai kepada-Nya adalah taqwa. Hewan qurban hanyalah simbol ketakwaan yang berfungsi untuk kemanfaatan sesama manusia. 


Sumber : Khutbah Jumat pada tanggal 23 April 1993 di Kantor Pusat BRI. 

Khutbah Jumat Singkat - Tipu Daya Iblis


Demikianlah Artikel kami mengenai Khutbah Jumat Singkat - Tipu Daya Iblis. Apabila ada kesalahan mohon untuk dikoreksi. Sekian Khutbah Jumat Singkat - Tipu Daya Iblis.

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Khutbah Jumat Singkat - Tipu Daya Iblis