Khutbah Jumat Singkat - Konsep Islam Dalam Menghadapi Kenakalan Remaja



Artinya :

Dan orang-orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa “. (Al-Furqan ayat 74). 

Iman dan takwa itu selalu naik dan turun (up and down). Oleh karena itu hendaknya kita senantiasa introspeksi dan tafakkur, kemana kita pergunakan umur selama seminggu yang lalu. Kalau kurang baik kita mohon ampunan-Nya dan kalau sudah balk kita berdo’a agar ditetapkan kebaikan itu di hari-hari yang akan datang. 

Di tengah-tengah hangatnya membicarakan peningkatan harkat dan martabat sumber daya manusia, di saat itu pula kita dirisaukan oleh sekelompok remaja nakal yang populer dengan istilah “Kenakalan Remaja”. Jumlah remaja nakal ini tidak terlalu banyak, tetapi karena ulah mereka mencuat ke permukaan sehingga merisaukan umat. Sebetulnya masih banyak remaja-remaja yang balk perbuatannya akan tetapi memang perbuatan jeleklah yang selalu terlihat. Bahkan untuk menetralisir kenakalan remaja ini mengundang petugas keamanan ikut turun tangan. 

Tantangan berat bagi kita, bagaimana mengamankan keluarga, anak-anak dan lingkungan kita dan pengaruh pengaruh negatif, termasuk pengaruh kenakalan remaja. 

Hasil dialog dengan anak-anak bermasalah yang dikategorikan anak-anak nakal menghasilkan empat kesimpulan penyebab kenakalan mereka. 

Pertama, kurangnya perhatian dan orang tua. Mereka mendapatkan materi yang cukup, akan tetapi tidak mendapatkan kasih sayang. Mereka tergolong anak-anak orang kaya, mobil dan sopirnya disiapkan untuk mereka, berikut uang jajannya, tetapi orang tua mereka tidak menghiraukan perkembangannya. Sehingga timbul kekesalan dalam din mereka. Mereka beranggapan bahwa kelahirannya tidak sengaja, atau lahir secara kebetulan. Mereka protes terhadap orang tuanya, bahwa kelahiran mereka hanya karena iseng kedua orang tuanya. Kalau kelahiran mereka atas dasar kesengajaan, tentunya mereka sempat mendapatkan perhatian dan belaian kasih sayang dari orang tuanya. 

Kedua, mereka menghadapi masa depan yang suram. Banyak para sarjana yang nganggur, apalagi mereka yang belum jelas status sosialnya. Ketiga, terbawa oleh teman-temannya yang memang sudah rusak. Keempat, ingin diperhatikan sebagai manusia di tengah tengah masyarakat. 

Anak adalah masa depan orang tua, masa depan agama, bangsa, dan negara. Kepada merekalah nanti estafet pembangunan kita serahkan. Akan tetapi kalau kondisi anak-anak kita memprihatin kan, lalu bagaimana mereka harus memegang estafet pembangunan di negeri ini. Anak merupakan produk dan buah dan kasih sayang orang tua,yang lahir dalam keadaan suci. 

Rasulullah menjelaskan dalarn hadisnya, bahwa setiap bayi dilahirkan dalam keadaan suci (fitrah). Kedua orang tuanyalah yang akan membentuk, apakah djjadikan Yahudi Nasrani atau Majusi. 

Peranan orang tua sangat menentukan dalam pembentukan perkembangan anak-anak mereka. Ada delapan langkah untuk membentuk anak menjadi anak yang berkwalitas (shalih dan shalihah). 

Pertama, sejak dini anak harus diajak untuk taat kepada Allah dan rasul-Nya. Jangan menunggu besar untuk memasukkan nilai-nilai keislaman dalam dirinya. Bahkan menurut konsep Islam ketika ovum dan sperma bertemu hendaknya didahului dengan nafas keislaman yang diwujudkan dalam bentuk do’a. 

Kalau sejak dini sudah ditanamkan nilai-nilai keislaman pada diri anak, maka ketika dewasasa akan mampu menyeleksi mana yang baik dan mana yang buruk dalam lingkungan pergaulannya. 

Dekatkan anak kepada Al-Qur’an, shalat dan akhlaqul karimah melalui tauladan orang tua. Banyak anak yang mengalami kontradiksi batin akibat dan perbuatan orang tuanya, misalnya seorang ibu hanya berani membangunkan si anak untuk shalat subuh, tetapi tidak berani membangunkan ayahnya. 

Kedua, anak harus diajak untuk patuh dan hormat kepada orang tua atau walinya. Untuk mendidik anak agar patuh dan hormat kepada orang tuanya. maka orang tua harus bersikap bijaksana danberwibawa di hadapan anak-anaknya. 

Hendaknya orang tua tidak mengeluarkan kata-kata yang tidak baik dan menunjukkan perilaku yang tidak sopan kepada siapapun di hadapan anaknya, sebab ucapan dan tingkah laku orang tua akan diteladani si anak. 

Ketiga, patuh dan hormat kepada pemimpin, baik ‘Ulama maupun Umara’. Pemimpin harus satu kata dengan perbuatan, apalagi di ibukota negara ini, pelaksanaan pemerintahan berada di depan mata anak-anak. Hendaknya kita bersih, berwibawa dan jujur. 

Sebagai ‘Ulama, ketika memberikan fatwa hendaknya tetap berpegang terhadap hukum-hukum Allah, jangan terkesan di hadapan anak-anak bahwa fatwa ‘Ulama hanya pesan sponsor. 

Keempat, patuh dan hormat kepada guru. Lisan guru hendaknya tetap berwibawa di depan murid-muridnya. Kalau lisan guru sudah tidak berpengaruh lagi, terjadilah seperti saat ini, murid sudah berani melawan gurunya. Tekankan pada diri anak, jangan melihat guru dan status sosialnya, tetapi lihatlah jasa seorang guru. 

Kelima, ajaklah anak untuk rajin belajar, sebab dalam mencapai sesuatu hal itu tidak bisa dicapai hanya dengan santai. 

Keenam, mengisi waktu luang anak dengan efektif. Pan dai-pandailah mengisi waktu libur, kalau tidak, akan menjadi bumerang. 

Ketujuh, menyeleksi teman pergaulan anak. Dan terakhir, hindarkan anak dan segi-segi negatif lingkungannya. Lingkungan sangat berpengaruh terhadap perkembangan jiwa anak. 

Sumber : Khutbah Jum’at Pada tanal 11 Desember 1992 di Kantor Pusat BRI 

Khutbah Jumat Singkat - Konsep Islam Dalam Menghadapi Kenakalan Remaja

Demikinlah tadi Khutbah Jumat yang dapat kami sampaikan. Semoga bermanfaat, dan jangan lupa SHARE kepada saudara saudara kita agar kita semua dapat belajar. Sekian Khutbah Jumat Singkat - Konsep Islam Dalam Menghadapi Kenakalan Remaja.

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Khutbah Jumat Singkat - Konsep Islam Dalam Menghadapi Kenakalan Remaja